Jembatan antar pohon yang ada di Bukit Bangkirai merupakan yang pertama di Indonesia, kedua di Asia dan yang ke delapan di dunia.
Saya berangkat dari Balikpapan bersama beberapa teman sekaligus. Dengan menggunakan mobil, kami memulai perjalanan sekitar jam 1 siang. Perjalanan ditempuh sekitar 1,5 jam dengan kecepatan sedang. Bukit Bangkirai terletak di pertengahan antara Balikpapan dan Samarinda, ibukota Kalimantan Timur. Tepatnya di Kecamatan Samboja. Sebenarnya, secara administratif Bukit Bangkirai sudah termasuk di wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara yang beribukota Tenggarong. Namun keberadaannya lebih banyak dikenal milik Kota Minyak Balikpapan.
Jalanan cukup padat. Jalur yang menghubungkan antar kota di Kaltim tersebut terlihat sangat mulus. Kiri kanan jalan tampak beberapa perkampungan kecil dan bukit-bukit hijau. Hilir mudik bis besar dari dan ke Samarinda sering saya dapati. Tak terasa mobil kami telah memasuki Samboja. Di sekitarnya terdapat banyak warung makan dan 1 buah pos polisi. Di sebuah perempatan besar, mobil kami membelok ke arah kiri. Dari sana, perjalanan masih cukup panjang. Sekitar 20 kilometer lagi yang harus kami lalui dengan membelah jalanan sepi yang kiri kanannya perbukitan curam.
Jalanan kadang menanjak dan menurun. Tapi saya sangat menikmati apa yang saya lihat di sepanjang perjalanan. Dari kejauhan kadang saya menyaksikan bukit gundul karena sisa-sisa perambahan hutan. Saya miris melihatnya. Tapi itulah faktanya.
Kami lalu menemui jalur tanah tak beraspal. Disana ternyata terdapat sebuah area pertambangan batubara. Saat kami masuk ke jalur terakhir menuju Bukit Bangkirai, kami mendapati sekelompok pekerja tambang batubara. Mereka berjaga-jaga di sekitarnya. Semoga dengan adanya tambang batubara tersebut, tidak merusak alam yang ada di area Bukit Bangkirai. Karena jarak antar keduanya cukup jauh.
Memasuki Bukit Bangkirai, saya disambut oleh sebuah pintu gerbang. Yang menandakan bahwa kami benar-benar telah tiba di tujuan. Area rumput hijau dan beberapa bangunan bergaya tradisional saya temui disana. Pos retribusi mengharuskan kami untuk membayar sejumlah pungutan resmi.
Matahari makin rendah, menunjukan jika sore telah tiba. Untuk itu, saya dan kawan-kawan segera trekking menuju jembatan antar pohon. Waktu tempuh dengan berjalan kaki tersebut sekitar 20 menit. Kiri kanan jalur trek berupa pohon-pohon khas daerah tropis. Beberapa diantaranya di beri keterangan nama pohon pada sebuah kertas berlaminating. Salah satu nya adalah pohon berjenis meranti dan tentu saja bangkirai. Bahkan ada beberapa diantaranya telah mencapai ketinggian 50 meter. Selain aneka jenis tumbuhan khas hutan Kalimantan, Bukit Bangkirai juga mengoleksi beraneka fauna seperti owa-owa, beruk, lutung merah hingga bajing terbang. Namun sayang di jalur trek, saya tidak menemui satu jenis pun binatang tersebut. Saya yakin keberadaannya ada di sudut lain kawasan Bukit Bangkirai.
Saya juga menemui sebuah pohon tumbang di jalur trek. Yang mengharuskan saya untuk menaiki pohon tumbang tersebut. Meski suasana jalur yang kami lalui sangat teduh, tapi tetap saja badan saya berkeringat. Karena jalur yang dilalui lumayan menguras tenaga.
Saya akhirnya tiba di sebuah area yang di sekitarnya banyak terdapat papan nama dan gazebo. Ternyata itulah area dimana saya bisa menyaksikan jembatan kayu bergelantungan di atas sana. Pohon-pohon raksasa dijadikan sebagai penyangga jembatan-jembatan tersebut. Kami segera membayar kepada petugas Bukit Bangkirai, agar kami bisa menaiki wahana yang hanya terdapat beberapa buah saja di dunia itu. Beruntung Indonesia, khususnya Kaltim memilikinya. Bagi turis domestik retribusi yang harus dibayar adalah sebesar Rp 15 ribu, sedangkan untuk turis asing sebesar Rp 20 ribu. Cukup murah bila dibandingkan dengan apa yang akan saya alami diatas sana nanti.
Saya dan kawan-kawan lalu menaiki anak tangga yang jumlahnya sangat banyak, yang melingkar di sekiling pohon raksasa. Anak tangga terbuat dari kayu dengan sistem keamanan yang sudah dirancang oleh ahlinya. Rasa capek kembali saya alami, karena sebelumnya saya telah menempuh jalur trek.
Tapi apa yang saya saksikan di atas jembatan antar pohon, sungguh mengagumkan. Saya bisa memandang cerminan hutan khas Kalimantan di sekitarnya. Hijau dan sangat rimbun. Saya seolah-olah berada di puncak pohon raksasa yang jangkung. Tak menyia-nyiakan waktu, saya lalu merayap pelan menyeberangi jembatan yang hanya digantung dengan beberapa tali.
Jembatan segera saja bergoyang-goyang saat saya melewatinya. Saya semakin sadar jika saya benar-benar berada di ketinggian, diatas sebuah jembatan gantung. Rasa penasaran lah yang membuat saya bersemangat dan berusaha menghilangkan rasa takut untuk menapaki jembatan yang lebarnya hanya sekitar 1 meter itu.
Jembatan gantung tersebut jumlahnya tidak hanya 1 buah, namun ada beberapa buah bergelantungan di atas batang pohon meranti raksasa. Ada lima buah pohon Bangkirai yang terhubung jembatan. Masing-masing jembatan bergelantungan setinggi 30 meter dari permukaan tanah. Di setiap ujung jembatan, terdapat sebuah tempat istirahat semacam gazebo. Disana saya bisa beristirahat sejenak, untuk selanjutnya menaiki jembatan lainnya.
Hari sudah semakin sore. Kami terpaksa menyudahi petualangan antar pohon tersebut. Sisa tenaga yang kami miliki, harus kami manfaatkan untuk kembali menuruni anak tangga dan kembali trekking menuju mobil. Benar-benar sebuah pengalaman yang tak terlupakan.
Info akomodasi :
Jalur yang menghubungkan Balikpapan menuju Samboja bisa dilayani oleh bis besar tujuan Samarinda. Tarif sekitar Rp 20 ribu saja. Dari Samboja, anda bisa naik jasa ojek. Harga tergantung kepandaian anda menawar. Di Bukit Bangkirai juga tersedia penginapan atau cottage, tarif permalam sekitar Rp 450 ribu. Disana juga tersedia toko souvenir seperti gantungan kunci, pin dan kaos bergambar Bukit Bangkirai dengan jembatan gantung/canopy bridge nya.
Penulis : nasrudin ansori
Sumber : kalimantanku
Foto : nasrudin ansori
Peta Lokasi :
Map data ©2010 MapIT, Tele Atlas -
0 komentar:
Posting Komentar