Yang membuat pameran ini berbobot adanya ceramah terbuka tentang kebaharian, antara lain ceramah bertajuk "Pelestarian Budaya Bahari untuk Meningkatkan Ketahanan Nasional Indonesia yang dibawakan oleh Drs Iwan Sumantri dan juga ceramah bertajuk "Menjadi Bangsa Bahari" dengan pembicara Drs Bambang Budi Utomo, peneliti dari Pusat Peneliti dan Pengembangan Arkeologi Nasional.
Menurut Bambang, bangsa Indonesia pads hakekatnya adalah bangsa bahari, bukan bangsa agraris. "Tapi belakangan melupakan laut sehingga kita tak mampu memahami perilaku laut," jelasnya.
Untuk mengembalikan citra itu, lanjut Bambang diperlukan pemahaman tentang bangsa bahari kepada seluruh lapisan masyarakat, salah satunya dengan pameran seperti ini. "Pameran ini selain mengenalkan kepada bangsa kita, khususnya generasi muda tentang bangsa bahari, sekaligus memberi pemahaman untuk melestarikan kehidupan di laut, mengingat bangsa ini banyak yang hidupnya bergantung dengan laut," jelasnya.
Yang pasti, keberadaan pameran Manusia Bahari Satukan Negeri di Fort Rotterdam ini kian 'menghidupkan' benteng tua ini. Kendati udara panas menyengat menyelimuti Kota Makassar selama pameran berlangsung, tak melunturkan semangat masyarakat termasuk para pelajar dan turis asing untuk menikmatinya.
Sekilas Fort Rotterdam
Fort Rotterdam adalah benteng peninggalan zaman kolonial Belanda di pinggir pantai sebelah Barat Kota Makkasar, Sulawesi Selatan. Benteng yang dibangun pada 1545 oleh Raja Gowa - bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng ini berbahan dasar tanah liat. Bentuknya persegi dengan gaya arsitektur Portugis. Modelnya sama dengan benteng di Eropa abad ke-16 dan 17.
Benteng yang letaknya di tepi laut ini direbut dan dibangun kembali pada 1667 oleh Belanda dengan nama Fort Rotterdam. Dinding luar yang tebalnya 2 meter dan tinggi 7 meter membentuk kotak besar seperti seekor penyu. Di setiap sudut dan pintu utama dibuat benteng pertahanan yang menonjol ke luar dalam bentuk berlian, membuat benteng sulit ditundukkan.
Oleh karena itu Belanda mampu bertahan di sana selama ratusan tahun. Pada masa itulah, benteng ini menjadi salah satu pusat pemerintahan dan pusat perdagangan VOC di kawasan Indonesia bagian Timur.
0 komentar:
Posting Komentar